Jumat, 03 Agustus 2012

Kisah Cinta Abadi Dalam Sepiring Nasi Goreng II


[imagetag]

Di awal tahun 1990, sangat sulit untuk melakukan komunikasi, apalagi keluargaku ditempatkan di sebuah kota yang sangat kecil, sebagian penduduk belum mendapat listrik, tidak ada telepon, kantor pos juga jauh dari jangkauan. Aku terpaksa melupakan ide untuk berkirim surat pada Yoga. Orang tua memintaku untuk fokus pada pendidikan, sekolahku sangat jauh dari tempat tinggal keluarga kami, harus menempuh perjalanan satu jam lebih. Maka sedikit-demi sedikit, aku merelakan untuk tidak berkomunikasi kembali dengan Yoga.

Tahun demi tahun berlalu, aku tumbuh menjadi wanita dewasa yang mandiri, bekerja di sebuah perusahaan kosmetik dan sudah berusia lebih dari 27 tahun. Ibuku sudah memintaku untuk segera mengakhiri masa lajang, tetapi entah mengapa, aku tidak pernah merasa nyaman saat menjalin hubungan asmara dengan beberapa pria. Mereka adalah pria-pria yang baik, mereka mencintaiku, tetapi aku masih berada dalam bayang-bayang Yoga.

Aku tahu, apa yang aku rasakan mungkin terlihat bodoh. Ada keyakinan dalam diriku bahwa Yoga adalah jodohku, walaupun aku hanya mengenalnya beberapa bulan, walaupun usiaku saat itu masih 13 tahun, dan hanya dengan sepiring nasi goreng. Bahkan aku tidak tahu bagaimana perasaan Yoga kepadaku, dia tidak pernah mengatakannya, aku juga tidak pernah mengatakan perasaanku pada Yoga.

Entah apa namanya, tetapi aku yakin Tuhan akan menuntunku sekali lagi untuk bertemu Yoga. Aku selalu berdoa agar dipertemukan sekali lagi dengannya. Walaupun mungkin cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan, atau mungkin dia sudah menikah, aku hanya ingin dia tahu bahwa aku pernah menyimpan sebongkah hati untuknya.

Hanyalah dirimu..

mampu membuatku jatuh dan mencinta

Kau bukan hanya sekedar indah..

kau tak akan terganti

Sepenggal lagu tersebut bisa menggambarkan bagaimana perasaanku, yang tidak dimengerti orang lain, dan yang dianggap buang-buang waktu oleh sahabat-sahabatku.

***

Di usiaku, banyak undangan pernikahan yang seolah tak ada habisnya. Kali ini yang menikah adalah bawahanku di kantor. Hari itu, aku datang seorang diri. Seperti pesta pernikahan pada umumnya, banyak orang yang datang, sebagian besar tidak kukenal. Karena aku datang sendiri, aku berbincang dengan kumpulan teman-teman kantorku. Kami menyempatkan diri berfoto bersama sang mempelai, lalu aku memutuskan untuk pulang.

Kemudian hal yang sangat tak terduga terjadi.. Di tempat parkir, seorang pria menarik tanganku. Aku terkejut, tetapi aku seperti mengenalnya, entah siapa.

"Kamu.. Adelia kan? Yang dulu tinggal di jalan Merbabu dan suka pura-pura menyiram bunga padahal menunggu aku pulang sekolah,"

Rasanya jantungku berhenti berdetak.

"Yoga?" tanyaku, mungkin wajahku pucat saat itu karena aku seperti tidak merasakan jantungku berdetak.

Pria itu mengangguk. Dia bukan lagi pemuda dengan tinggi yang sama denganku, sekarang dia jauh lebih tinggi, tampak lebih berwibawa, tulang rahang yang lebih tegas, dan senyum itu.. senyum itu tetap hangat, senyum yang selalu aku rindukan.

"Masih suka bikin nasi goreng yang kebanyakan?" tanyaku dengan senyum yang lepas, dan ternyata aku masih hidup.

Yoga mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Aku kangen nasi goreng buatanmu," ujarku tanpa peduli banyak orang menatap kami.

"Yaa.." ujarnya dengan suara kecewa, "Masa kamu kangen nasi gorengnya doang, nggak kangen dengan yang bikin nasi goreng?"

Aku tersenyum dan meninju pelan lengannya.

Kisah itu terulang lagi. Sekali lagi aku merasa jatuh cinta dengan cara yang sederhana. Aku menganggap kejadian ini sebagai keajaiban. Kali ini, aku tidak mau kehilangan Yoga, terlebih lagi setelah aku tahu bahwa dia masih single.

***

Yogyakarta, 16 November 2008

Hari ini, tepat beberapa jam lagi, aku akan menikah dengan Yoga. Penantianku tidak sia-sia. Hanya butuh beberapa bulan bagi kami untuk memutuskan menikah. Setelah pertemuan kami hari itu, Yoga bercerita kalau sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama denganku belasan tahun yang lalu. Tetapi pada akhirnya, kami kembali dipertemukan. Aku kembali bisa mencicipi nasi goreng buatannya yang sudah tidak hambar. Dan yang pasti, kami sudah saling memiliki cinta yang abadi, yang datang dengan cara yang sederhana. Semoga.. selamanya.

Ketika seseorang membawa cinta untukmu,

selalu ada keajaiban di dalamnya.

Sumber
129798
Share on :
 
© Copyright Top Online News | Toko News 2011 - Some rights reserved | Powered by | Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Supported by Toko Blog N GoogleKisah Cinta Abadi Dalam Sepiring Nasi Goreng II