Minggu, 22 Juli 2012

Memukul Anak Sebabkan Penyakit Mental

[imagetag]

 - Ketika menghadapi seorang anak yang memiliki tingkat kebandelan yang sangat tinggi, biasanya orangtua akan memberikan sebuah peringatan kepada sang anak dalam bentuk perintah bernada tinggi. Bila cara tersebut tidak berhasil, seringkali kita akan memberikan sebuah kontak fisik terhadap sang anak, baik dalam bentuk pukulan, mencengkeram lengan, atau menarik dan mendorongnya agar ia bisa memusatkan perhatiannya kepada kita.

Banyak alasan yang mengatakan bahwa cara tersebut (kontak fisik terhadap anak), adalah satu-satunya cara yang paling efektif untuk membuat anak menurut. Selain itu, para orangtua juga kerap memberikan argumen bahwa anak-anak akan lebih tenang dan "bersedia" mendengarkan ucapan atau nasihat dari kita.

Namun sadarkah Anda bahwa segala perlakuan berupa kontak fisik ternyata dapat meningkatkan resiko sang anak untuk terkena penyakit mental?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga bernama American Academy of Pediatrics (AAP), menyebutkan bahwa kontak fisik, baik pukulan, cengkeraman, atau bentuk lain yang menggambarkan hukuman, bisa meningkatkan resiko terserang penyakit mental. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa sebuah pukulan ringan yang tidak sampai ke tingkat abusement atau penyiksaan pun, turut mempengaruhi kecerdasan mental sang anak.

[imagetag]

Hingga saat ini, memang belum ada "kesepakatan" mengenai bentuk hukuman yang bisa diterapkan pada seorang anak yang bandel. Lembaga AAP sempat menyatakan perlawanannya terhadap hukuman fisik terhadap seorang anak. Sayangnya, riset menunjukkan bahwa 80% dari orangtua masih memakai cara tersebut untuk membuat anaknya mendengarkan perintah.

Hukuman fisik di sini mempunyai arti dan jenis yang sangat luas. Dimulai dari tepukan atau tamparan ringan di bagian tubuh, hingga menggunakan ikat pinggang atau rotan untuk menghukum anak Anda, adalah makna dari kontak fisik yang tengah menjadi topik di dalam penelitian tersebut.

"Ada pandangan umum yang telah beredar luas yang mengatakan bahwa hukuman secara fisik boleh saja dilakukan asalkan Anda tidak melakukannya dalam keadaan marah," ucap Tracie Afifi, salah satu anggota di dalam penelitian yang juga seorang asisten professor di departemen ilmu kesehatan komunitas di University of Manitoba. "Namun hingga saat ini, tidak ada data yang dapat mendukung pandangan tersebut."

Di dalam risetnya, Afifi dan koleganya memutuskan untuk meneliti mengenai lima bentuk hukuman fisik, seperti mendorong, merenggut, mencengkram, menampar, dan memukul. Tim riset tersebut tidak memperluas bentuk-bentuk hukuman fisik lainnya, karena kelimanya adalah hal yang paling sering dilakukan di kalangan orangtua.

Afifi membuat sebuah analisa dari 20.000 orang berumur minimal 20 tahun yang berada di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, Afifi menemukan bahwa 1.258 orang telah menerima, baik pukulan, cengkeraman, dorongan, dan tamparan, dengan frekuensi yang cukup tinggi. 19.349 orang lainnya cukup jarang mengalami kontak fisik.

Setelah memilah-milah data yang mereka dapat berdasarkan jenis kelamin, ras, status pernikahan, pendidikan, dan sedikit sejarah dari keluarganya, Afifi dan timnya menemukan sebuah data yang cukup mengejutkan. Mereka yang sering menerima hukuman secara fisik memiliki resiko untuk terserang mood disorder sebanyak 1,5 kali dibandingkan mereka yang jarang dipukul.

Selain itu, menerima hukuman fisik dengan frekuensi yang cukup tinggi bisa meningkatkan resiko terkena depresi sebanyak 1,4 kali. Lebih jauh lagi, mereka akan 1,6 kali lebih mudah mengkonsumsi alkohol dan menggunakan obat-obatan terlarang.

"Hingga saat ini dan ke depannya, akan banyak orangtua yang berpendapat bahwa hukuman fisik sangatlah diperlukan untuk membesarkan anak yang bandel," ujar Afifi seperti dikutip dari Time. "Namun, bukti-bukti menunjukkan bahwa hukuman fisik sangat mempengaruhi kesehatan mental seorang anak. Segala macam bentuk hukuman seharusnya tidak lagi dilakukan di kalangan orangtua."

"Studi ini kembali menunjukkan bahwa praktek hukuman fisik hanya akan berakibat negatif," ucap George Holden, professor di bidang psikologi dari Southern Methodist University yang juga sempat melakukan penelitian tentang masalah kekerasan terhadap anak. "Hukuman fisik, apa pun bentuknya, hanya akan membuat anak-anak kita menjadi agresif hingga saat ia telah dewasa."

Mungkin sudah saatnya kita menemukan cara yang lebih tepat untuk mendidik anak-anak kita, demi masa depannya yang lebih cerah.


[imagetag]


Sumber

 




812562
Share on :
 
© Copyright Top Online News | Toko News 2011 - Some rights reserved | Powered by | Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Supported by Toko Blog N GoogleMemukul Anak Sebabkan Penyakit Mental